TOPIK 2
Budaya dalam praktik
kebidanan
SUB TOPIK : 1. Aspek budaya dalam praktik kebidanan
2. Pain in labor based on culture
KOMPETENSI:
1. Menjelaskan aspek budaya dalam praktik
kebidanan
2.
Menjelaskan pain in labor based on culture

Indonesia
merupakan negara yang kaya akan budaya dimana beragam suku dan berbagai budaya.
Kebudayaan adalah suatu sistem gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang
diperoleh dengan cara belajar dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan budaya itu
sendiri adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak, dan
mengambil keputusan. Budaya memiliki nilai-nilai tersendiri tergantung dengan
budaya yang dianut oleh seseorang dan dianggapnya benar secara turun temurun
atau secara agama yang bisa diterima dikalangan masyarakat.
Budaya
atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan. Di
antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan,
ada pula yang merugikan. Banyak sekali pengaruh atau yang menyebabkan berbagai
aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak
memadai atau kurangnya perhatian dari instansi kesehatan. Salah satu hal yang
mempengaruhi kesehatan di Indonesia, antara lain masih adanya pengaruh sosial
budaya yang turun menurun masih dianut sampai saat ini.Selain itu ditemukan
pula sejumlah pengetahuan dan perilaku yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
kesehatan menurut ilmu kedokteran ataupun ilmu kebidanan atau bahkan memberikan
dampak kesehatan yang kurang menguntungkan bagi ibu dan anaknya. Faktor
perilaku yang bersifat budaya sangat mempengaruhi kesehatan.
Tradisi
yang ada di masyarakat seperti pandangan budaya mengenai penanganan kesehatan,
kehamilan dan kelahiran, mengenai kesakitan, kematian di tiap-tiap daerah
sesuai kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku.

Kompetensi
budaya secara umum dianggap sebagai proses pengembangan kesadaran budaya, pengetahuan
budaya, keterampilan budaya, pertemuan budaya, dan hasrat budaya. Motivasi
penyedia layanan kesehatan menjadi pemicu proses tersebut. Pemberian asuhan melalui
cara yang peka-budaya merupakan proses yang berkembang dan progresif, tetapi
tetap disadari,yang harus menjadi fokus bagi penyedia layanan kesehatan yang
cakap di tatanan klinis.
Kompetensi
budaya dideskripsikan lebih lanjut oleh Rorie, Paine, dan Barger sebagai
serangkaian prilaku, sikap, dan kebijakan yang memungkinkan suatu sistem, institusi,
dan/atau individu untuk berfungsi efektif saat merawat pasien dan komunitas
dengan latar belakang budaya yang beragam. Kelompok juga dapat mencakup
tunawisma, migran, pengungsi, atau pasangan sesama jenis. Penulis kemudian
menjabarkan karakter yang mengidentifikasi praktisi yang kompeten budaya.
Banyak
unit pelahiran mengembangkan instrumen pengkajian budaya yang berfokus pada
praktik budaya yang unik terhadap pelahiran untuk digunakan saat pengkajian
langsung ke pasien. Penggunaan instrumen memastikan konsistensi,yaitu semua
pasien diajukan pertanyaan yang sama. Pertanyaan yang harus dipertimbangkan
untuk instrumen pengkajian budaya :
·
Dimana anda lahir ?
·
Berapa lama anda tinggal dinegara ini ?
·
Siapa individu pendukung utama anda ?
·
Apa bahasa yang anda gunakan saat bicara dan membaca ?
·
Apa praktik keagamaan anda ?
·
Apa makanan favorit anda ?
·
Bagaimana kondisi ekonomi anda?
·
Menurut anda, pelahiran sebagai perwujudan apa?
·
Bagaimana pandangan anda terhadap pelahiran?
·
Apakah terdapat kewaspadaan atau pembatasan maternal ?
·
Apakah pelahiran merupakan pengalaman pribadi atau sosial?
·
Bagaimana anda mengatasi nyeri persalinan ?
·
Siapa yang akan memberi dukungan saat anda bersalin?
·
Siapa yang akan merawat bayi anda?
·
Apakah anda menggunakan kontrasepsi?
Pertanyaan tersebut harus
diajukan dengan nada suara yang biasa dan tidak menghakimi. Gunakan pertanyaan
terbuka. Jika ibu tidak dapat bebicara dalam bahasa anda,gunakan jaasa
penerjemah jika tersedia, paling baik yang berjenis kelamin wanita. Ingat juga
bahwa anggota keluarga ibu,terutama anak, tidak boleh diberdayakan sebagai
penerjemah. Tujukan pertayaan kepada ibu, bukan kepada penerjemah, dalam
kalimat singkat, tetapi jelas.
A.
Aspek budaya dalam praktik kebidanan
Perilaku kesehatan merupakan salah satu
faktor determinan pada derajat kesehatan. Perilaku kesehatan tersebut meliputi
seluruh perilaku seseorang atau masyarakat yang dapat memberi akibat terhadap
kesehatan, kesakitan dan kematian. Perilaku sakit adalah cara seseorang
bereaksi terhadap gejala penyakit yang biasanya
dipengaruhi oleh pengetahuan, fasilitas, kesempatan, kebiasaan,
kepercayaan, norma, nilai dan segala aturan dalam masyarakat atau yang biasa
disebut dengan budaya. Beberapa perilaku dan aspek budaya yang mempengaruhi
pelayanan kebidanan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Health believe
Adalah tradisi- tradisi yang diberlakukan
secara turun- menurun dalam. Contohnya: dalam pemberian makanan pada bayi, di daerah Nusa Tenggara Barat
ada pemberian nasi papah atau di jawa dengan tradisi nasi pisang.
2. Life
style
Adalah gaya hidup yang berpengaruh
terhadap kesehatan. Contohnya gaya hidup kawin cerai di lombok atau gaya hidup
perokok
3. Health
seeking behavior
Salah
satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai apabila seseorang sakit
tidak perlu ke pelayanan kesehatan akan tetapi cukup dengan membeli obat di
warung atau mendatangi dukun.
·
Masyarakat sebagai tempat atau budaya
Masyarakat
dapat digambarkan baik secara fisik sebagai tempat tinggal individu atau sebagai lingkungan kehidupan sosial di
suatu tempat tertentu. Sebagian besar individu hidup di masyarakat bersama
orang lain. Melalui hubungan dalam masyarakat, individu mengembangkan dan
mendukung sistem kepercayaan tentang keluarga,sehat, sakit serta penyakit.
Keyakinan personal ini sejalan dengan perilaku keluarga dan keyakinan
kelompoknya, yang menjadi dasar individu untuk memutuskan cara-cara menjaga
status kesehatan dan perawatan individu yang sakit.
Menilai pelahiran dari sudut
pandang antropologi, mengemukakan bahwa konteks budaya dan social pelahiran
bagi pengalaman melahirkan serta kesejahteraan seorang ibu sama penting dengan perawatan ibu
tersebut. Ibu menjalani pengalaman melahirkan dalam konteks budaya dengan
aturan dan ritual sosial yang menganut keyakinan.
·
Perilaku budaya masyarakat dalam praktek
kebidanan.
a. Hamil
Ø Perilaku budaya masyarakat selama
kehamilan
1.
Upaya
yang harus dilakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi janin dalam prosesnya
menjadi bayi hingga saat kelahirannya. Contohnya upacara 7 bulanan
2.
Pantangan
jangan memancing ikan karena akan menyebabkan bibir anak menjadi sumbing
3.
Larangan
masuk hutan
4.
Pantangan
keluar waktu magrib
5.
Pantangan
menjalin rambut karena bisa menyebabkan lilitan tali pusat
6.
Pantangan
nazar karena bisa menyebabkan air liur menetes terus
7.
Pantangan
makan tertentu, pantangan terhadap pakaian, pantangan jangan pergi malam,
pantangan jangan duduk depan pintu, dll
8.
kenduri
kenduri pertama kali dilakukan pada waktu hamil 3 bulan sebagai tanda
wanita itu hamil, kenduri kedua dilakukan pada waktu umur kehamilan &
bulan.
Ø Peran bidan terhadap prilaku selama hamil
1.
KIE
tentang menjaga kehamilan yaitu dengan ANC teratur,komunikasi makanan bergizi,
batasi aktifitas fisik, dan tidak perlu pantang makan
2.
KIE
tentang segala sesuatu sudah diatur tuhan yang maha esa, mitos yang tidak benar
ditinggalkan
3.
Pendekatan
kepada tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi yang negatif atau berpengaruh
buruk terhadap kehamilan.
b.
Persalinan
Ø Perilaku budaya masyarakat selama
persalinan
1. Bayi laki-laki adalah penerus keluarga
yang akan membawa nama baik
2. bayi perempuan adalah pelanjut atau
penghasil keturunan
3. Memasukan minyak ke dalam vagina supaya
persalinan lancar
4. Melahirkan di tempat terpencil hanya
dengan dukun, biasanya persalinan dilakukan dengan duduk dilantai di atas
tikar, dukun yang menolong menunggu sampai persalinan selesai.
5. Minum air akar rumput fatimah dapat
membuat persalinan lancar
Ø Peran Bidan terhadap perilaku selama persalinan
1. Memberikan pendidikan pada penolong
persalinan mengenai tempat persalinan, proses persalinan, perawatan selama dan
pasca persalinan.
2. Memberikan pendidikan mengenai konsep
kebersihan baik dari segi tempat dan peralatan.
3. Bekerja sama dengan penolong persalinan(
dukun) dan tenaga kesehatan setempat.
c.
Nifas
Ø
Perilaku
budaya masyarakat selama masa nifas
Setelah bersalin ibu dimandikan oleh dukun
selanjutnya ibu sudah harus bisa merawat dirinya sendiri lalu ibu diberikan
juga jamu untuk peredaran darah dan untuk laktasi. Cara ibu tidur setengah duduk agar darah kotor
lekas keluar. Ibu masa nifas tidak boleh minum banyak, ibu tidak boleh keluar
rumah sebelum 40 hari karena bisa sawan, ibu tidak boleh makan terong karena
bisa membuat bayi demam dan lain sebagainya.
d.
Perawatan
bayi
Ø
Perilaku
budaya masyarakat pada bayi baru lahir
Bayi diurut baru dimandikan oleh dukun
selama 40 hari, ramuan tali pusat tiap hari harus diganti sampai putus. Tali
pusat yang sudah lepas dibuat jimat atau obat. Bayi ditidurkan disamping
ibu,tidak boleh dibawa jauh dari rumah sebelum bayi 40 hari, khitan dilakukan
pada bayi laki-laki dan perempuan.
Ø
Peran
bidan terhadap perilaku masa nifas dan bayi baru lahir
1. KIE prilaku positif dan negatif
2.
Memberikan
penyuluhan tentang pantangan makanan selama nifas dan menyusui sebenarnya
kurang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
3.
Memberikan
pendidikan tentang perawatan bayi baru lahir yang benar dan tepat, meliputi
pemotongan tali pusat, membersihkan/memandikan, menyusukan (kolostrum), dan
menjaga kehangatan bayi.
4.
Memberikan
penyuluhan pentingnya pemenuhan gizi selama masa pasca bersalin, bayi dan
balita.
B. Pain in labor based on culture
Pain in labor based on culture adalah bahwa budaya memainkan peran penting dalam sikap menghadapi rasa
nyeri persalinan. Tanggapan terhadap nyeri dalam melahirkan dapat dipengaruhi
oleh faktor-faktor budaya, makna nyeri
dan harapan intervensi berbeda antara kebudayaan yang satu dengan yang lainnya.
Beberapa budaya mengharapkan stoicisme ( sabar dan membiarkannya) sedang budaya
lainnya mendorong keterbukaaan untuk menyatakan perasaan ibu.
Salah satu kebutuhan wanita dalam proses
persalinan adalah adalah keringanan rasa sakit. Umumnya bidan menemukan ibu
pada persalinan awal normal , mengeluh nyeri hebat, yang terlihat dari perilaku marah,
mengulang-ulang cercaan, dan mengeluarkan kata-kata secara berlebihan, tetapi
ketika melakukan palpasi bidan hanya menemukan kontraksi ringan berdurasi
singkat.Bidan dapat menghadirkan perubahan perillaku yang dramatis ketika dramatis
ketika memberi perhatian terhadap apa yang dirasakan ibu secara fisik dan
dialami secara psikologis. Kemungkinan besar ibu merasa sangat takut. Dengan
melakukan perawatan penunjang ibu dapat dibantu untuk terseyum, meningkatkan
kemampuan kopingnya untuk menuju persalinan aktif yang tidak memerlukan
narkotik pada saat ini.
Sebaliknya dalam mengobati ibu, bidan harus selalu
mengantisipasi kapan ia paling membutuhkannya, yaitu selama transisi dan
kemudian mengatur perencanaan. Nyeri persalinan yang dialami ibu tidak boleh
diremehkan terlepas apapun temuan bidan. Ibu merasakan dan bidan harus menghargai apa yang dialaminya. Sekali lagi
ditegaskan, kiat pengobatan melibatkan perencanaan perawatan penunjang secara
total, termasuk pengobatan sepanjang persalinan yang di rancang untuk setiap
ibu dengan memperhatikan batas keamanan.
·
Pengurangan Rasa Nyeri Dalam Persalinan
Kebutuhan seorang
wanita dalam proses persalinan adalah:
a.
Pemenuhan
kebutuhan fisik
b.
Kehadiran
seorang pendamping secara terus-menerus
c.
Keringanan
dari rasa sakit
d.
Penerimaan
atas sikap dan perilakunya
e.
Pemberian
informasi tentang kemajuan proses persalinan
·
Persepsi Rasa Nyeri
Cara yang dirasakan oleh individu dan reaksi terhadap rasa sakit
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
a.
Rasa takut atau kecemasan
Rasa takut atau kecemasan akan meninggikan respon individual terhadap rasa
sakit. Rasa takut terhadap hal yang tidak diketahui, rasa takut ditinggal
sendiri pada saat proses persalinan (tanpa pendamping) dan rasa takut atas
kegagalan persalinan dapat meningkatkan kecemasan. Pengalaman buruk persalinan
yang lalu juga akan menambah kecemasan.
b.
Kepribadian
Kepribadian ibu berperan penting terhadap rasa sakit, ibu yang secara
alamiah tegang dan cemas akan lebih lemah dalam menghadapi persalinan dibanding
wanita yang rileks dan percaya diri.
c. Kelelahan
Ibu yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin sebelumnya
sudah terganggu tidurnya oleh ketidaknyamanan dari akhir masa kehamilannya akan
kurang mampu mentolerir rasa sakit.
d. Faktor sosial dan budaya
Faktor sosial dan budaya juga berperan penting dalam reaksi rasa sakit.
Beberapa budaya mengharapkan stooicisme (sabar dan membiarkannya) sedang budaya
lainnya mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan.
e.
Pengharapan
Pengharapan akan memberi warna pada pengalaman. Wanita yang realistis dalam pengharapannya mengenai persalinannya dan tanggapannya terhadap hal tersebut mungkin adalah persiapan yang terbaik sepanjang ia merasa percaya diri bahwa ia akan menerima pertolongan dan dukungan yang diperlukannya dan yakin bahwa ia akan menerima analgesik yang sesuai.
Pengharapan akan memberi warna pada pengalaman. Wanita yang realistis dalam pengharapannya mengenai persalinannya dan tanggapannya terhadap hal tersebut mungkin adalah persiapan yang terbaik sepanjang ia merasa percaya diri bahwa ia akan menerima pertolongan dan dukungan yang diperlukannya dan yakin bahwa ia akan menerima analgesik yang sesuai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar