Sabtu, 11 Juni 2016

Budaya dalam praktik kebidanan



TOPIK 2
Budaya dalam praktik kebidanan

SUB TOPIK                     :  1.   Aspek budaya dalam praktik kebidanan
                                                2.  Pain in labor based on culture
KOMPETENSI:
1.   Menjelaskan aspek budaya dalam praktik kebidanan
2.    Menjelaskan pain in labor based on culture  
Horizontal Scroll: PENDAHULUAN 


Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dimana beragam suku dan berbagai budaya. Kebudayaan adalah suatu sistem gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan budaya itu sendiri adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak, dan mengambil keputusan. Budaya memiliki nilai-nilai tersendiri tergantung dengan budaya yang dianut oleh seseorang dan dianggapnya benar secara turun temurun atau secara agama yang bisa diterima dikalangan masyarakat.
Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan. Banyak sekali pengaruh atau yang menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari instansi kesehatan. Salah satu hal yang mempengaruhi kesehatan di Indonesia, antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun menurun masih dianut sampai saat ini.Selain itu ditemukan pula sejumlah pengetahuan dan perilaku yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan menurut ilmu kedokteran ataupun ilmu kebidanan atau bahkan memberikan dampak kesehatan yang kurang menguntungkan bagi ibu dan anaknya. Faktor perilaku yang bersifat budaya sangat mempengaruhi kesehatan.
Tradisi yang ada di masyarakat seperti pandangan budaya mengenai penanganan kesehatan, kehamilan dan kelahiran, mengenai kesakitan, kematian di tiap-tiap daerah sesuai kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku.

Horizontal Scroll: URAIAN MATERI 


            Kompetensi budaya secara umum dianggap sebagai proses pengembangan kesadaran budaya, pengetahuan budaya, keterampilan budaya, pertemuan budaya, dan hasrat budaya. Motivasi penyedia layanan kesehatan menjadi pemicu proses tersebut. Pemberian asuhan melalui cara yang peka-budaya merupakan proses yang berkembang dan progresif, tetapi tetap disadari,yang harus menjadi fokus bagi penyedia layanan kesehatan yang cakap di tatanan klinis.
            Kompetensi budaya dideskripsikan lebih lanjut oleh Rorie, Paine, dan Barger sebagai serangkaian prilaku, sikap, dan kebijakan yang memungkinkan suatu sistem, institusi, dan/atau individu untuk berfungsi efektif saat merawat pasien dan komunitas dengan latar belakang budaya yang beragam. Kelompok juga dapat mencakup tunawisma, migran, pengungsi, atau pasangan sesama jenis. Penulis kemudian menjabarkan karakter yang mengidentifikasi praktisi yang kompeten budaya.
            Banyak unit pelahiran mengembangkan instrumen pengkajian budaya yang berfokus pada praktik budaya yang unik terhadap pelahiran untuk digunakan saat pengkajian langsung ke pasien. Penggunaan instrumen memastikan konsistensi,yaitu semua pasien diajukan pertanyaan yang sama. Pertanyaan yang harus dipertimbangkan untuk instrumen  pengkajian budaya :
·         Dimana anda lahir ?
·         Berapa lama anda tinggal dinegara ini ?
·         Siapa individu pendukung utama anda ?
·         Apa bahasa yang anda gunakan saat bicara dan membaca ?
·         Apa praktik keagamaan anda ?
·         Apa makanan favorit anda ?
·         Bagaimana kondisi ekonomi anda?
·         Menurut anda, pelahiran sebagai perwujudan apa?
·         Bagaimana pandangan anda terhadap pelahiran?
·         Apakah terdapat kewaspadaan atau pembatasan maternal ?
·         Apakah pelahiran merupakan pengalaman pribadi atau sosial?
·         Bagaimana anda mengatasi nyeri persalinan ?
·         Siapa yang akan memberi dukungan saat anda bersalin?
·         Siapa yang akan merawat bayi anda?
·         Apakah anda menggunakan kontrasepsi?
      Pertanyaan tersebut harus diajukan dengan nada suara yang biasa dan tidak menghakimi. Gunakan pertanyaan terbuka. Jika ibu tidak dapat bebicara dalam bahasa anda,gunakan jaasa penerjemah jika tersedia, paling baik yang berjenis kelamin wanita. Ingat juga bahwa anggota keluarga ibu,terutama anak, tidak boleh diberdayakan sebagai penerjemah. Tujukan pertayaan kepada ibu, bukan kepada penerjemah, dalam kalimat singkat, tetapi jelas.

A.  Aspek budaya dalam praktik kebidanan
Perilaku kesehatan merupakan salah satu faktor determinan pada derajat kesehatan. Perilaku kesehatan tersebut meliputi seluruh perilaku seseorang atau masyarakat yang dapat memberi akibat terhadap kesehatan, kesakitan dan kematian. Perilaku sakit adalah cara seseorang bereaksi terhadap gejala penyakit yang biasanya  dipengaruhi oleh pengetahuan, fasilitas, kesempatan, kebiasaan, kepercayaan, norma, nilai dan segala aturan dalam masyarakat atau yang biasa disebut dengan budaya. Beberapa perilaku dan aspek budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan diantaranya adalah sebagai berikut :
1.   Health believe
      Adalah tradisi- tradisi yang diberlakukan secara turun- menurun dalam. Contohnya: dalam pemberian makanan pada bayi, di daerah Nusa Tenggara Barat ada pemberian nasi papah atau di jawa dengan tradisi nasi pisang.
2.   Life style
      Adalah gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan. Contohnya gaya hidup kawin cerai di lombok atau gaya hidup perokok
3.   Health seeking behavior
      Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai apabila seseorang sakit tidak perlu ke pelayanan kesehatan akan tetapi cukup dengan membeli obat di warung atau mendatangi dukun.

·         Masyarakat sebagai tempat atau budaya
                  Masyarakat dapat digambarkan baik secara fisik sebagai tempat tinggal individu  atau sebagai lingkungan kehidupan sosial di suatu tempat tertentu. Sebagian besar individu hidup di masyarakat bersama orang lain. Melalui hubungan dalam masyarakat, individu mengembangkan dan mendukung sistem kepercayaan tentang keluarga,sehat, sakit serta penyakit. Keyakinan personal ini sejalan dengan perilaku keluarga dan keyakinan kelompoknya, yang menjadi dasar individu untuk memutuskan cara-cara menjaga status kesehatan dan perawatan individu yang sakit.
                  Menilai pelahiran dari sudut pandang antropologi, mengemukakan bahwa konteks budaya dan social pelahiran bagi pengalaman melahirkan serta kesejahteraan seorang ibu sama penting dengan perawatan ibu tersebut. Ibu menjalani pengalaman melahirkan dalam konteks budaya dengan aturan dan ritual sosial yang menganut keyakinan.
·         Perilaku budaya masyarakat dalam praktek kebidanan.
      a.   Hamil
Ø   Perilaku budaya masyarakat selama kehamilan
1.      Upaya yang harus dilakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi janin dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya. Contohnya upacara 7 bulanan
2.      Pantangan jangan memancing ikan karena akan menyebabkan bibir anak menjadi sumbing
3.      Larangan masuk hutan
4.      Pantangan keluar waktu magrib
5.      Pantangan menjalin rambut karena bisa menyebabkan lilitan tali pusat
6.      Pantangan nazar karena bisa menyebabkan air liur menetes terus
7.      Pantangan makan tertentu, pantangan terhadap pakaian, pantangan jangan pergi malam, pantangan jangan duduk depan pintu, dll
8.      kenduri
kenduri pertama kali dilakukan pada waktu hamil 3 bulan sebagai tanda wanita itu hamil, kenduri kedua dilakukan pada waktu umur kehamilan & bulan.
Ø   Peran bidan terhadap prilaku selama hamil
1.      KIE tentang menjaga kehamilan yaitu dengan ANC teratur,komunikasi makanan bergizi, batasi aktifitas fisik, dan tidak perlu pantang makan
2.      KIE tentang segala sesuatu sudah diatur tuhan yang maha esa, mitos yang tidak benar ditinggalkan
3.      Pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi yang negatif atau berpengaruh buruk terhadap kehamilan.

b.        Persalinan
Ø   Perilaku budaya masyarakat selama persalinan
1.      Bayi laki-laki adalah penerus keluarga yang akan membawa nama baik
2.      bayi perempuan adalah pelanjut atau penghasil keturunan
3.      Memasukan minyak ke dalam vagina supaya persalinan lancar
4.      Melahirkan di tempat terpencil hanya dengan dukun, biasanya persalinan dilakukan dengan duduk dilantai di atas tikar, dukun yang menolong menunggu sampai persalinan selesai.
5.      Minum air akar rumput fatimah dapat membuat persalinan lancar
Ø   Peran Bidan terhadap perilaku selama persalinan
1.      Memberikan pendidikan pada penolong persalinan mengenai tempat persalinan, proses persalinan, perawatan selama dan pasca persalinan.
2.      Memberikan pendidikan mengenai konsep kebersihan baik dari segi tempat dan peralatan.
3.      Bekerja sama dengan penolong persalinan( dukun) dan tenaga kesehatan setempat.
c.         Nifas
Ø  Perilaku budaya masyarakat selama masa nifas
Setelah bersalin ibu dimandikan oleh dukun selanjutnya ibu sudah harus bisa merawat dirinya sendiri lalu ibu diberikan juga jamu untuk peredaran darah dan untuk laktasi. Cara ibu tidur setengah duduk agar darah kotor lekas keluar. Ibu masa nifas tidak boleh minum banyak, ibu tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari karena bisa sawan, ibu tidak boleh makan terong karena bisa membuat bayi demam dan lain sebagainya.
d.        Perawatan bayi
Ø  Perilaku budaya masyarakat pada bayi baru lahir
Bayi diurut baru dimandikan oleh dukun selama 40 hari, ramuan tali pusat tiap hari harus diganti sampai putus. Tali pusat yang sudah lepas dibuat jimat atau obat. Bayi ditidurkan disamping ibu,tidak boleh dibawa jauh dari rumah sebelum bayi 40 hari, khitan dilakukan pada bayi laki-laki dan perempuan.
Ø  Peran bidan terhadap perilaku masa nifas dan bayi baru lahir
1.      KIE prilaku positif dan negatif
2.      Memberikan penyuluhan tentang pantangan makanan selama nifas dan menyusui sebenarnya kurang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
3.      Memberikan pendidikan tentang perawatan bayi baru lahir yang benar dan tepat, meliputi pemotongan tali pusat, membersihkan/memandikan, menyusukan (kolostrum), dan menjaga kehangatan bayi.
4.      Memberikan penyuluhan pentingnya pemenuhan gizi selama masa pasca bersalin, bayi dan balita.


B. Pain in labor based on culture          
   Pain in labor based on culture adalah bahwa budaya memainkan peran penting dalam sikap menghadapi rasa nyeri persalinan. Tanggapan terhadap nyeri dalam melahirkan dapat dipengaruhi oleh  faktor-faktor budaya, makna nyeri dan harapan intervensi berbeda antara kebudayaan yang satu dengan yang lainnya. Beberapa budaya mengharapkan stoicisme ( sabar dan membiarkannya) sedang budaya lainnya mendorong keterbukaaan untuk menyatakan perasaan ibu.
Salah satu kebutuhan wanita dalam proses persalinan adalah adalah keringanan rasa sakit. Umumnya bidan menemukan ibu pada persalinan awal normal , mengeluh nyeri hebat,  yang terlihat dari perilaku marah, mengulang-ulang cercaan, dan mengeluarkan kata-kata secara berlebihan, tetapi ketika melakukan palpasi bidan hanya menemukan kontraksi ringan berdurasi singkat.Bidan dapat menghadirkan perubahan perillaku yang dramatis ketika dramatis ketika memberi perhatian terhadap apa yang dirasakan ibu secara fisik dan dialami secara psikologis. Kemungkinan besar ibu merasa sangat takut. Dengan melakukan perawatan penunjang ibu dapat dibantu untuk terseyum, meningkatkan kemampuan kopingnya untuk menuju persalinan aktif yang tidak memerlukan narkotik pada saat ini.
Sebaliknya dalam mengobati ibu, bidan harus selalu mengantisipasi kapan ia paling membutuhkannya, yaitu selama transisi dan kemudian mengatur perencanaan. Nyeri persalinan yang dialami ibu tidak boleh diremehkan terlepas apapun temuan bidan. Ibu merasakan dan bidan harus menghargai apa yang dialaminya. Sekali lagi ditegaskan, kiat pengobatan melibatkan perencanaan perawatan penunjang secara total, termasuk pengobatan sepanjang persalinan yang di rancang untuk setiap ibu dengan memperhatikan batas keamanan.
·         Pengurangan Rasa Nyeri Dalam Persalinan
Kebutuhan seorang wanita dalam proses persalinan adalah:
a.                                                             Pemenuhan kebutuhan fisik
b.                                                            Kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus
c.                                                             Keringanan dari rasa sakit
d.                                                            Penerimaan atas sikap dan perilakunya
e.                                                             Pemberian informasi tentang kemajuan proses persalinan
·         Persepsi Rasa Nyeri
Cara yang dirasakan oleh individu dan reaksi terhadap rasa sakit dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
a.                                                                                           Rasa takut atau kecemasan
Rasa takut atau kecemasan akan meninggikan respon individual terhadap rasa sakit. Rasa takut terhadap hal yang tidak diketahui, rasa takut ditinggal sendiri pada saat proses persalinan (tanpa pendamping) dan rasa takut atas kegagalan persalinan dapat meningkatkan kecemasan. Pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan menambah kecemasan.
b.                                                                                          Kepribadian
Kepribadian ibu berperan penting terhadap rasa sakit, ibu yang secara alamiah tegang dan cemas akan lebih lemah dalam menghadapi persalinan dibanding wanita yang rileks dan percaya diri.
c.   Kelelahan
Ibu yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin sebelumnya sudah terganggu tidurnya oleh ketidaknyamanan dari akhir masa kehamilannya akan kurang mampu mentolerir rasa sakit.
d.   Faktor sosial dan budaya
Faktor sosial dan budaya juga berperan penting dalam reaksi rasa sakit. Beberapa budaya mengharapkan stooicisme (sabar dan membiarkannya) sedang budaya lainnya mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan.
e.         Pengharapan
Pengharapan akan memberi warna pada pengalaman. Wanita yang realistis dalam pengharapannya mengenai persalinannya dan tanggapannya terhadap hal tersebut mungkin adalah persiapan yang terbaik sepanjang ia merasa percaya diri bahwa ia akan menerima pertolongan dan dukungan yang diperlukannya dan yakin bahwa ia akan menerima analgesik yang sesuai.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar